Kamis, 23 April 2015

Kehidupan Arthur Schopenhauer



Arthur Schopenhauer bisa dibilang orang yang cukup beruntung karena dia lahir dan dibesarkan ditengah-tengah keluarga kaya raya dan bangsawan. Tetapi ada sisi lain dari kehidupannya yang cukup menyedihkan, yakni ketika ia harus kehilangan ayahnya yang nekat untuk bunuh diri. Lantas apa yang mendorong sang ayah untuk mengakhiri hidupnya? Kesulitan ekonomi? Tidak. Mereka sangat berkecukupan. Mungkin banyak yang bertanya-tanya tentang alasan ayah Schopenhauer melakukan bunuh diri, karena di dalam pembahasan tidak diceritakan secara detail alasannya.


Walaupun Schopenhauer hidup kaya dan berkucupan, tapi itu bukanlah suatu jaminan kalau ia akan bahagia dan tenteram. Buktinya, ia selalu menyiapkan pistol disampingnya ketika ia tidur. Hidupnya tidak tenteram dan penuh ancaman. Ditambah lagi dengan masalah hubungan percintaannya yang selalu berakhir dengan kepahitan, rencana pernikahannya tidak pernah berjalan dengan mulus sehingga ia memutuskan untuk membujang sepanjang hidupnya. Pengalaman masa muda yang buruk itulah yang akhirnya menanamkan pesimisme dalam jiwa Schopenhauer yang akan menjadi ciri khas kepribadiannya.

Jumat, 10 April 2015

aku berpikir maka aku ada


Cogito ergo sum, adalah pemikiran filsafat Descartes yang cukup terkenal. Pemikiran Descartes terletak pada idenya tentang metode kesangsian untuk memperoleh kebenaran yang tak tergoyahkan. Descartes mengklaim dirinya telah menemukan metode filsafat yang sangat tajam dan kritis. yaitu metode yang dimulai dengan menyangsikan segala-galanya. Apa pun yang masih bisa disangsikan,wajib disangsikan. seluruh pengetahuan yang dimiliki disangsikan, termasuk pengetahuan yang dianggap paling pasti, yaitu pengetahuan  tentang dunia eskternal di luar subjek manusia. Argumentasi descartes adalah apa yang selama ini kita terima  melalui data-data inderawi sebagai suatu kepastian bisa saja sebuah mimpi yang kita rasakan sebagai kenyataan. Bahkan pengetahuan matematis yang dianggap paling pasti pun masih diragukan descartes. Ia mengtakan, bisa saja setiap kali kita menjumlahkan 3 dan 7 , sesosok iblis jahanam selalu menipu kita.

Akhir dari kesangsian metodis tersebut adalah kebenaran yang tak disangsikan lagi oleh descartes yaitu “aku yang berpikir”. Aku yang ragu-ragu adalah kenyataan yang tak dapat disangkal karena apabila kita meragukanya, berarti kita melakukan apa yang disebut “kontradiksi performatoris”. Dari proses kesangsian Descartes,  muncullah diktumnya yang terkenal “aku berpikir maka aku ada”. Baginya eksistensi pikiran manusia adalah sesuatu yang absolut dan tidak dapat diragukan. Sebab meskipun pemikirannya tentang sesuatu salah, pikirannya tertipu oleh suatu matriks, ia ragu akan segalanya, tidak dapat diragukan lagi bahwa pikiran itu sendiri eksis/ada. Dengan kata lain, kesangsian secara langsung menyatakan adanya aku, pikiranku yang kebenaranya bersifat pasti tak tergoyahkan. Kebenaran tersebut bersifat pasti, karena aku mengerti itu secara jernih dan gamblang, atau dengan kata lain tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya.

Menurut  descartes, apa yang jelas dan terpilah-pilah itu tidak mungkin  berasal dari luar diri kita. Ia memberi contoh dengan liln yang bisa dipanaskan mencair dan berubah bentuk. Apa yang membuat pemahaman kita bahwa apa yang nampak sebelum dan sesudah mencair adalah lilin yang sama ? mengapa setelah penampakan berubah kita tetap bisa mengatakan bahwa itu adalah lilin ? jawaban descartes adalah karena akal kita yang mampu menangkap ide secara jernih dan gamblang tanpa terpengaruh oleh gejala-gejala yang ditampilkan lilin karena penampakan dari luar tidak dapat dipercaya, maka seseorang mesti mencari kebenaran-kebenaran di dalam dirinya sendiri, yang bersifat pasti. ide-ide yang bersifat pasti an berasal dari dalam diri kita oleh descartes dipertentangkan dengan ide-ide yang berasal dari luar yang menyesatkan. Ide-ide yang datang dari luar hanya bersifat selintas datang. Descartes mengemukakan bahwa di dalam diri manusia ada tiga ide bawaan yang bersifat pasti,jernih, dan gamblang. Ide-ide tersebut menurut descartes harus diandaikan dibawa sejak lahir, karena tidak mungkin berasal dari pengalaman. Dengan kata lain,bersifat murni dan bebas dari kontaminasi unsur-unsur inderawi. ide-ide bawaan tersebut antara lain: ide tentang diri yang berkesadaran, ide tentang materi yang berkeluasan dan ide tentang wujud yang sempurna.