Kamis, 21 Mei 2015

Nietzsche sang filosof

Nietzche lahir di Röcken, 15 Oktober 1844. Ketika Nietzche berusia empat tahun, tiba-tiba ayahnya sakit keras dan meninggal pada tahun 1849. Sejak itu seluruh keluarga pindah ke Naumburg, kota asal nenek moyang Nietzsche. Menjelang umur 6 tahun, Nietzche masuk sekolah Gymnasium. Di sekolahnya, Nietzche termasuk orang yang amat pandai bergaul. Dengan cepat dia dapat menjalin persahabatan dengan teman-teman sekolahnya. Melalui teman – temannya inilah ia mulai diperkenalkan dengan karya-karya Goethe dan Wagnet. Dari perkenalannya yang pertama dengan sastra dan musik, dia merasa bahwa dia cukup mempunyai bakat dalam bidang itu.

Pada umur 14 tahun, Nietzche pindah ke sekolah dan sekaligus asrama yang bernama Pforta. Sekolah ini dikenal cukup keras dan ketat. Selama di Pforta Nietzsche belajar bahasa Yunani dan Latin secara intensif. Dari sinilah dia mendapatkan bekal yang kuat menjadi seorang ahli folologi yang brilian. Di samping belajar kedua bahasa itu, ia juga masih belajar bahasa Hibrani, karena pada waktu itu ia masih tetap bermaksud menjadi pendeta sesuai dengan keinginan keluarganya. Namun, Nietzsche mengakui bahwa dia tidak berhasil menguasai bahasa Hibrani. Bagi Nietzsche, tata bahasa Hibrani yang termasuk rumpun bahasa Semit ini dirasa terlalu tinggi.

Pada tahun-tahun terakhir di Pforta, Nietzsche sudah menunjukkan sikap jalangnya. Dalam tulisannya, Ohne Heimat (Tanpa Kampung Halaman), ia mengungkapkan gejolak hatinya yang ingin bebas dan minta dipahami. Bersamaan dengan itu ia juga mempertanyakan iman Kristennya dan bahkan secara perlahan – lahan mulai meragukan kebenaran seluruh agama. Sejak di Pforta, Nietzsche merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidup. Berkali-kali ia menyatakan mau mengadakan semacam pencarian dan percobaan (Versuch) dengan hidupnya. Ia melakukan percobaan ini secara radikal dengan melepaskan teologi. Ia memilih menjadi seorang freethinker. Ia ingin bebas, tidak hanya bebas melepaskan beban, tetapi juga bebas memilih beban yang lebih berat.
Pada pertengahan 1865, Nietzsche pindah ke Leipzig untuk belajar filologi selama empat semester. Disana ia akrab dengan dosennya F. Ritschl, dan diakui oleh dosennya sebagai mahasiswa yang paling berbakat diantara semua mahasiswa yang pernah diajarnya. Penilaian ini berdasarkan tulisan Nietzsche yang pertama di bidang Filologi, yaitu De Theognide Megarensis (Silsilah Para Dewa Megara). Disini juga Nietzsche memenangkan hadiah yang disediakan Universitasnya. Karangannya yang memenangkan hadiah itu adalah Diogenes Laertius.

Buku-buku yang mempengaruhi pemikiran Nietzsche adalah buku karya Schopenhauer (1788-1860) yaitu Die Welt als Wille und Vors-tellung (The Worlds as Will and Idea, Dunia sebagai Kehendak dan Ide, 1819), lalu buku karya seorang neo-Kantian, Friedrich Albert Lange (1828-1975) yang berjudul Geschichte des Matreilasmus und Kritik seiner Badeutung in der Gegenwart (Sejarah Matrealisme dan Krotik Maknanya pada Zaman Sekarang, 1866). Buku-buku ini amat menarik karena saling bertentangan satu sama lain. Buku yang ditulis Schopenhauer, menurut Nietzsche berbicara tentang perasaan dan melihat manusia secara utuh. Sedangkan Langer menulis bukunya lebih dengan intelek saja, dan pendekatannya terhadap manusia terbatas pada segi filosofis saja. Kesimpulan Nietzsche adalah bila buku Schopenhauer benar maka buku Langer harus salah, begitupun sebaliknya.

Pada tahun 1867-1868 terjadi perang antar Jerman dan Paris. Nietzssche menjadi anggota dinas militer. Ia mengalami kecelakaan ketika mengikuti dinas ( jatuh dari kuda) dan terpaksa dirawat selama 1 bulan. Ia juga menyaksikan peristiwa-peristiwa tragis sebegaimana terjadi setiap perang. Seluruh pengalaman ini menimbulkan goncangan dalam dirinya. Ia mulai bertanya pada dirinya: melanjutkan studi filologi atau studi lain. Kini ia merasa bahwa belajar filologi itu hambar dan mati. Ia ingin belajar yang lebih menarik untuk hidup.

Nietzsche merasa “jatuh cinta” terhadap musikus Richard Wagner. Pengalaman ini terjadi ketika ia menyaksikan pementasan Tristan dan Meistringer. Ketika bertemu secara pribadi dengan Wagner, membuai Nietzsche yakin bahwa ternyata kebebasan dan karya yang jenius itu masih mungkin dicapai. Ia juga tahu bahwa wagner seorang pengaggum Schopenhauer. Sejak itu Nietzsche menggabungkan dua tokoh itu, Wagner dan Schopenhauer, menjadi agama barunya.

Nietsche pernah menjadi seorang dosen di Universitas Basel, Swiss. Dia mengajar selama 10 tahun dan berhenti karena kesehatannya memburuk. Nietzsche menjadi dosen mata kuliah filologi dan bahasa Yunani. Selama menjadi dosen, Nietszche sering jatuh sakit. Sejarah kesehatannya perlu diketahui, karena banyak orang menganggap bahwa karangan- karangannya tidak lebih dari ungkapan atas pengalamannya menghadapi sakit.
Anggapan ini tidak dapat di tolak, karena ketika sakit, ia sangat produktif. Dia menghasilkan banyak karangan yang digolongkan sebagai karangan terbaiknya. Buku Die Geburt de Tragödie aus dem Geiste der Musik (The Birth of Tragedy Out of the Spirit of Music; Lahirnya Tragedi dari Semangat Musik) pada tahun 1872. Pada tahun berikutnya terbit buku tentang tragedi Yunani Unzeitgemässe Betrachtungen (Untimely Meditations; Permenungan yang Terlalu Awal). Buku ini terbagia atas 4 bagian . bagian pertama berjudul David Strauss, der Bekenner und der Schriftsteller (David Strauss, Pengaku Iman dan Penulis), terbit tahun 1873. Dua bagian berikutnya terbit tahun 1874, masing-masing berjudul Vom Nutzen und Nachteil der Historie für das Leben (Kegunaan dan Kerugian Sejarah bagi Hidup) dan Schopenhauer als Erzieher (Schopenhauer sebagai Pendidik). Dan bagian keempat baru terbit dua tahun berikutnya, 19876, dengan judul Richard Wagner in Bayreuth (Richard Wagner di Bayreuth). Pada tahun yang sama diberi kesempatan untuk beristirahat selama setahun dari Universitasnya. Kesempatan ini digunakan untuk tinggal di Italia bersama kedua temannya. Disana mereka masing-masing merencanakan untuk menulis buku. Nietzsche merencanakan menulis buku Menschliches, Allzumenschiches (Human, All- Too-Human; Manusiawi, Terlalu Manusiawi). Pada tahun 1879, Nietzsche menderita sakit yang amat berat selama 118 hari. Dan memaksa Nietzsche mau tidak mau untuk mundur sebagai dosen.

Sampai dengan tahun 1889 saat menderita sakit jiwa, Nietzsche tidak dapat menghentikan kegiatannya untuk selalu menulis dan merenung. Pada tahun 1882, ia menertbitkan sebuah buku yang paling indah dan paling penting, yaitu Die Fröhlice Wissenschaft (“la gaya scienza”: Ilmu yang Mengasyikkan). Dalam buku inilah Nietzsche memproklamasikan bahwa “ Tuhan sudah mati”.

Tahun 1889 adalah tahun yang paling menyedihkan Nietzsche. Ia ditimpa sakit jiwa. Tahun 1890 ia dipindahkan oleh ibunya ke Naumburg dan dirawat sendiri di sana. Keluarga ini semakin malang ketika pada tanggal 20 April 1897 sang ibu meninggal. Pada tahun itu juga Elizabeth memindahkan Nietzsche ke Weimar. Dan disana Nietzsche meninggal pada tanggal 25 Agustus 1900. Saat-saat terakhir Nietzsche sungguh tragis. Selama dua tahun terakhir hidupnya, ia tidak dapat menegtahui apa-apa dan tidak dapat berpikir lagi. Bahkan ia tidak tahu bahwa ibunya sudah meninggal dan juga tidak tahu bahwa ia mulai termahsyur.